Selasa, 01 Desember 2015



Tahun Baru Kelabu
Oleh: I Gede Karsa

     Malam itu adalah malam pergantian tahun, atau yang sering kita dengar dengan sebutan tahun baru, cantiknya letupan kembang api mulai terasa di menit-menit pergantian tahun. Tidak banyak yang aku bisa lakukan di malam itu. Seperti putri di negri dongeng yang terkurung dalam khayalan-khayalan indah. Untuk ikut bernostalgia di malam tahun baru bersama teman-teman semasa SMP pun aku tak dapat izin dari sang bunda. Untuk hal seperti ini ibuku selalu punya dua alasan. Alasan pertama, aku masih selalu di anggap anak kecil.
“nah lhoooo,,, aku kan udah umur 20 tahun bu, aku sudah bisa menjaga diriku sendiri,’’
Alasan kedua, suasana malam di kota sangat tidak baik, pergaulan di sana bahkan tidak pernah mengenal aturan.

“Hmmp,, ya ampuunn ini kan masih kota Bangli bu bukan Denpasar,, toh aku juga bukan keluyuran sendiri yang nggak jelas, tapi sama temen-temen yang sebagian besar udah ibu kenal dengan sangat baik, jawabku pelan”.
“iyah ibu tahu, tapi ibu yakin kamu paham betul makna dari alasan-alasan ibu, jawab ibu dengan bijak”.

     Aku tidak bisa menentang ibu untuk memberikan izin, aku tidak mau membuat ibu sedih karena ada bantahan dari aku di tengah perhatiannya, aku tahu ini semua demi melindungi dan menjagaku. Semenjak ayah meninggal beberapa tahun yang lalu ibu berubah jadi over protektif, untuk menjagaku. Ibu lebih rela di hujat orang daripada terjadi apa-apa denganku. Di rumah memang hanya ada aku, ibu dan kedua adikku jadi hanya ibu satu-satunya yang menjadi panutan di rumahku. Jadi wajar saja bila ibu merasa memiliki tanggungjawab yang sangat lebih. jika terjadi apa-apa dengan putrinya, ia akan merasa sangat berdosa. Oleh karenanya, sebelum hal itu terjadi, beliau lebih memilih untuk menjagaku dengan caranya.
Di tengan perbincangan itu,, ibu memetikkan ibu jari dan jari tengahnya, pertanda memberikan ide.
“hmmmp,, untuk menghabiskan malam tahun baru, gimana kalo kamu ikut acara ibu” usul ibu.
“Acara apa mah?" tanyaku.
“kamu ikut ibu ke Lapangan Mudita Bangli bersama teman-teman ibu.. gimana??” Tanya ibu.

     Dengan spontan aku mengangkat sebelah alisku, “hmmp, ya udah deh aku mau, daripada di rumah, pastinya nanti aku akan benar-benar jadi gadis di negri dongeng yang merindukan dunia luar,” jawabku dengan ekspresi seadanya.
“Nahh gitu dooong, ini baru namanya anak ibu,” ucap ibu sambil mencium keningku.

     Dalam perjalanan menuju Lapangan itu, mataku terasa disuguhkan dengan pemandangan indah tahun baru. Banyak sekali penjual dadakan yang mencoba peruntungannya di malam ini,, dengan mencoba berjualan pernak-pernik dan makanan khas tahun baru. Para penjual terompet, petasan, kembang api, dan balon berjejer menawarkan barang dagangannya. Bahkan karena maraknya penjual, para konsumen terlihat dibuat bingung untuk membelinya. Asap jagung bakar pun seolah menggoda para penikmat tahun baru untuk sekedar mencicipinya. Dan yang tak kalah menarik,, ada tari-tarian anak remaja yang menggambarkan tali kasih mereka, terlihat sesak, orang-orang mencoba menghibur dirinya dengan sekedar berbelanja, atau makan bersama dengan sang kekasih hati. “Oohh tidak, sepertinya malam ini memang tak ada pangeran menjemputku, huufftt jadi merasa sedikit cemburu dengan mereka, ucapku lirih sambil memonyongkan bibir”.

“tapi aku tetap bersyukur masih diberi kesempatan untuk bisa melihat pemandangan seindah ini,, semoga nikmat sehat-Mu yang tak terkira banyaknya ini, selalu menjadikanku untuk tetap bersyukur, ucapku dalam hati dengan mimik takjub”.
Dan ternyata di lapangan itu pun tak kalah sesak,, para pengunjung berlomba-lomba untuk menempati posisi terdepan, katanya akan ada penyanyi lokal asal Bali yang pernah melanglang buana di stasiun-stasiun TV.

     Anehnya,, di tengah acara itu berlangsung,, tiba-tiba aku teringat sebagian kenangan masa laluku.. Aku seperti orang dengan raga yang tertinggal di pendopo, sementara pikiran dan nyawaku berkunjung menjelajah kembali ke masa lalu.
Dia,, pria itu... pria yang baru 6 bulan lalu ku kenal. Tampan, baik dan dewasa,, Ia adalah mantan kekasihku.  3 Bulan bersama,, ternyata cukup untuk membuatnya berkarat dalam ingatanku . Aku tak pernah tahu, kenapa hingga kini ia masih cukup berarti untuk hidupku. Kami sama-sama mengakui bahwa kami masih saling merindukan satu sama lain. Ketemu, jalan dan makan bareng adalah hal yang biasa kita lakukan untuk sekedar mengobati rindu itu.

Kadang ia masih suka mengirimiku pesan singkat yang manis,, hingga aku merasa aku adalah wanita terbahagia di dunia. Ini adalah salah satu pesan singkatnya.

 “tak apa, kalau kamu masih malu untuk bilang sayang kembali, tapi yang penting hatimu masih tersimpan indah dalam hatiku”
Jujur,,, hingga kini aku masih menyayangimu, aku tak pernah mampu untuk menggantikan namamu dengan nama yang lain. Bahkan aku lebih memilih untuk menolak cinta 10 pria lain, daripada menghapus namamu. Aku tahu 10 pria itu kecewa karenaku, tapi aku tak dapat membohongi perasaanku bahwa kamu masih cukup berarti untuk hidupku.

    Jika kamu izinkan,, rasanya aku ingin kembali menjadi satu-satunya wanitamu.. malam ini aku bukan seperti penonton yang khusu mendengarkan Penyayi local di tempat tersebut.. ini aku seolah dikirimkanku ke cerita cinta masa lalu.. Ya benar kamu memang masa laluku,, tapi aku ingin kamu menjadi teman masa depanku,, bersama dalam sisa hidupku sampai Tuhan akan memanggil kita nanti.

     Aku cukup bahagia dengan semua itu,, tapi entah aku merasa kini kamu berbeda.. kamu tak lagi bersikap semanis beberapa waktu yang lalu.. Tak ada lagi kata rayuan,, tak ada lagi kalimat gombalan dan tak ada lagi ucapan manis bahwa kamu masih menyayangiku sebagai mantan kekasihmu. Pikiranku terbang hingga ke awang mencoba menerka apa yang sedang terjadi denganmu,, banyak terkaan yang bisa menggalaui hatiku malam itu.. Dari mulai, sepertinya kamu sedang menyukai wanita lain,, mencoba menjadikanku hanya cinta masa lalu,, kamu tidak lagi menyayangiku,, dan yang paling bisa buatku sedikit tenang adalah semoga kamu memang hanya sedang sibuk menyelesaikan tugas akhirmu (skripsi), bukan karena kau terjebak cinta dengan wanita lain.

     Entahlah,, kembang api tahun baru itu tak lantas mebuat hatiku riang.. Ada kegalauan yang buatku merasa tak nyaman,, di tengah ramainya pendopo Serang,, aku malah berpikir untuk mengirimimu puisi ungkapan hati via sms,, Ini adalah puisi yang ku kirimkan di tengah kegalauan yang menghimpit hatiku,, sebenarnya dengan puisi ini aku mengharapkan kamu membalasnya dengan kata yang sama indahnya dan tentunya bisa buat hatiku tak segalau ini.
Berhari Ku lalui Tanpa Hadirmu Disisi
Akankah Kau Mengerti Arti Cintaku Ini
Bayangmu Yang Hanya Mampu Membuat Rasa Rindu Ini Semakin Dalam
Aku Selalu Memikirkan Dirimu Namun APakah Kamu Selalu Memikirkan Diriku?

     Ting-ting-ting (tanda pesan masuk),, itu pertanda bahwa sms yang ku kirim telah sampai ke ponselnya dan mungkin sedang dibaca.
“Terimakasih Tuhan puisiku telah sampai ke ponselnya,, semoga akan ada balasan yang nantinya tak membuat ku kecewa,, ucapku dalam hati”.

     Bermenit-menit ku tunggu,, dan sekarang menit tak lagi sebagai menit,, aku menunggunya hingga berjam-jam.
“huuuuffffttthh,,, sepertinya memang benar aku tak lagi berarti buatmu,, mungkin memang kamu sedang terjebak dengan cinta yang lain,, ucapku lirih mencoba menerima kenyataan”.

     Aku berusaha menguatkan diriku sendiri atas rasa kecewa yang kini tak lagi klise.
”yahhhh,,, sepertinya aku memang harus benar-benar melupakanmu,, melempar bayangnya jauh-jauh hingga langit ke tujuh,, ucapku lirih seolah tertusuk sembilu”.
Aku memang tak tahu,, adam dari sisi mana yang akan Tuhan pilihkan untukku..
Seperti apa,, dan bagaimana ia,, tak ada yang tahu untuk masa depan.. Mungkin benar kau memang hanya ada di masa laluku.. Jika memang Tuhan tak takdirkan kita bersama, setidaknya aku pernah melewati 100 hari bahagia bersamamu dan jika Tuhan akan menghapusmu dari ingatanku,, itu karena Tuhan akan menggantikanmu dengan adam yang lebih baik..

     Ikrarku,, akan ku coba tuk tinggalkanmu dalam masa laluku, tak banyak yang bisa ku lakukan.
Tapi pastilah akan ku coba,, seindah apapun dulu kamu dimataku semoga kamu juga akan nampak indah dimata wanita selainku.

     Ku akui,, salah itu memang ada padaku,, kalau saja aku tak pernah melakukan hal bodoh yang mungkin melukai perasaanmu, mungkin hingga kini kita masih berdua,, berdua membangun istana cinta di hati kita.. Tapi biarkanlah,, biarkan itu hanya menjadi kenangan di masa lalu..

     Jujur,, hingga kini sayang itu memang masih ada untukmu,, tapi akan ku coba relakan rasa itu pupus bersama sang waktu.. Aku yakin,, Tuhan t’lah miliki rencana yang indah untukku,, dan barangkali untukmu. Selamat jalan sayang, semoga kau bahagia dengan wanita pilihanmu di sana.